Mata uang Inggris, Poundsterling, mencapai rekor terendah pada hari Senin (26/09) dan euro turun ke level terendah 22 tahun tatkala meningkatnya kekhawatiran atas kondisi ekonomi yang memburuk di Eropa membuat dolar AS ditopang dengan perdagangan safe haven.
Poundsterling sempat anjlok sebesar 5% ke level terendah sepanjang masa di $1,0384, akibat tumbuhnya keraguan atas stabilitas fiskal Inggris setelah negara itu mengumumkan pemotongan pajak yang luas dalam menghadapi bayangan resesi.
Kanselir Inggris Kwasi Kwarteng minggu lalu mengumumkan paket pemotongan pajak terbesar negara itu dalam 50 tahun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lamban. Namun pasar meragukan keberlanjutan langkah tersebut, mengingat negara ini menghadapi perlambatan pertumbuhan dan defisit.
Euro melemah 0,5% ke level terendah baru 22 tahun di $0,9643. Sejumlah data ekonomi zona euro yang lemah minggu lalu membuat investor memperkirakan kemungkinan resesi di blok tersebut. Kekhawatiran atas krisis energi dan potensi eskalasi dalam perang Rusia-Ukraina juga menurunkan sentimen terhadap mata uang.
Inflasi yang tinggi telah menjadi hambatan terbesar bagi ekonomi Inggris dan zona euro tahun ini, pasalnya pengeluaran bisnis dan konsumen lemah berada di bawah tekanan harga yang meningkat.
Kelemahan dalam pound dan euro membuat indeks dolar menyentuh level tertinggi baru 20 tahun pada hari Senin, dan greenback terus mendapat keuntungan dari pembelian safe haven. Kenaikan suku bunga AS telah sangat mendorong mata uang cadangan pada tahun ini, dan kemungkinan akan membuatnya tetap naik dalam waktu dekat.
Federal Reserve juga mengisyaratkan pekan lalu bahwa suku bunga AS akan naik lebih jauh tahun ini, kemungkinan berakhir 2022 pada level tertinggi 16 tahun sebesar 4,4%.
Dari mata uang pukul 11.25 WIB, USD/JPY naik 0,55%, GBP/JPY jatuh 2,32%, GBPUSD anjlok 2,85%, dan EURUSD turun 0,55%.